SURAH AL-A’LA
"YANG MAHA TINGGI"
ﺑِِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha
Penyayang.
ﺳَﺒِّﺢِ ﺍﺳْﻢَ ﺭَﺑِّﻚَ ﺍﻟْﺄَﻋْﻠَﻰ
1. Sucikanlah Nama Tuhanmu, Yang
Mahatinggi,
Sabbaha adalah 'memuji atau menyucikan'
Tuhan. Kata tersebut berkaitan dengan sabaha,
yang berarti 'berenang, mengalir dengan,
mengapung'. Ketundukkan adalah keadaan
muslim, yakni keadaan berserah diri kepada
Tuhan yang meliputi segala sesuatu. Semakin
dia tunduk, semakin dia bergetar dengan
energi-energi yang harmonis. Ayat ini
berkenaan dengan 'Nama Tuhan', yang
menunjukkan hakikat Tuhan kita yang tinggi,
Entitas yang telah menciptakan kita. Segala
sesuatu yang ada berpartisipasi dalam
pengagungan yang mengalir bebas dan
menggemakan esensi-Nya. Segala sesuatu
berasal dari Sang Hakikat, dan menggemakan
Realitas Tunggal.
Kata Rabb (Tuhan) menunjukkan Atribut
Allah, Atribut Rububiyyah (Ketuhanan). Ini
adalah suatu realitas yang permanen. Setiap
orang berada dalam tasbih (pengagungan/
penyucian) kepada Allah, karena hanya ada
cinta, dan kecintaan yang utama adalah
bertasbih kepada Allah. Itulah keterhubungan
yang sangat sempuma. Penciptaan primordial
ini termaktub dalam Kitab, Kitab paling awal
dari mana semua penciptaan berasal—yakni
dari naskah Ibra-him dan Musa.
ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻖَ ﻓَﺴَﻮَّﻯ
2. Yang menciptakan, lalu
menyempumakan.
Allah telah menciptakan dan membekali
ciptaannya dengan semua kebutuhan untuk
mencapai takdir yang diharapkan, yakni
memuliakan dan tunduk kepada Sang Pencipta.
Manusia memulai pengagungan Tuhannya
dengan mengamati disertai perasaan kagum
terhadap berbagai hal yang secara serta-merta
mengelilinginya. Ia memulai pengagungan
dengan membenamkan diri dalam keagungan
jalal (kemuliaan) dan jamal (keindahan) yang
terakhir, dengan melihat pada keagungan yang
mengelilinginya sampai taraf dimana dandanan
individualnya dan lingkungan kulturnya
memungkinkan dia untuk memahami.
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻗَﺪَّﺭَ ﻓَﻬَﺪَﻯ
3. Dan Yang membuat [semua yang ada]
sesuai dengan ukuran, lalu menunjuki [mereka
pada tujuan mereka].
Segala sesuatu ada sesuai dengan ukuran
dan keseimbangannya. Pengetahuan tentang
ukuran itu merupakan awal dari hidayah
(petunjuk). Ketika kita mengamati ciptaan fisik
di sekeliling kita, kita melihat bahwa ia berada
dalam suatu keseimbangan yang njlimet, bahwa
keesaan (tauhid) menyatukannya, dan bahwa
segala sesuatu saling berhubungan, hidup
dengan, tumbuh karena dan memberi kepada,
segala sesuatu yang lain. Ada tempat untuk
semua orang. Itulah mengapa kita mengatakan,
jangan khawatir akan perbekalanmu, juga anak-
anakmu. Ada tempat untuk semua orang dalam
penciptaan ini.
Hidayah datang melalui pengetahuan
tentang qadr (takdir ilahi). Jika kita memiliki
pengetahuan tentang takdir itu, maka kita
memiliki pengetahuan tentang hukum yang
mengatur penciptaan. Kita telah dibimbing ke
dalam pengetahuan itu oleh esensi kita, dari
sejak permulaan dan sebelum penciptaan.
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﺧْﺮَﺝَ ﺍﻟْﻤَﺮْﻋَﻰ
4. Yang menumbuhkan rerumputan.
ﻓَﺠَﻌَﻠَﻪُ ﻏُﺜَﺎﺀً ﺃَﺣْﻮَﻯ
5. Lalu menjadikannya kering kehitam-
hitaman.
Mar'a berarti 'padang rumput'. Bahkan
perhiasan bumi pun bertasbih, dan itulah
sebabnya mengapa padang rumput tumbuh
dalam siklus musiman. Dari satu musim ke
musim berikutnya, rerumputan berubah dari
padang rumput yang hijau dan hidup menjadi
jerami yang kering dan berdebu, namun pada
setiap fase siklusnya didasarkan pada tasbih.
ﺳَﻨُﻘْﺮِﺅُﻙَ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻨﺴَﻰ
6. Kami akan membacakan kepada engkau
agar engkau tidak akan lupa.
Pengetahuan tentang realitas merupakan
maqam yang tinggi; maqam ini tidak mengakui
dominasi dari setiap kesadaran yang rendah.
Pengetahuan tentang Wujud bersifat abadi
karena Wujud itu tak pernah berakhir. Begitu
kita tahu, kita tidak akan lupa.
Ketika kita berjalan terus, mengalami
pembukaan-pembukaan batin, adakalanya kita
merasa cemas dan takut. Ketika wahyu
menyeru Nabi, wahyu itu juga menyeru semua
orang yang mengikuti beliau. Kita diyakinkan di
sini bahwa tidak ada kelalaian. Kelalaian
muncul bila ada ghaflah (ketidakperdulian), dan
ghaflah muncul bila tidak ada khasyyah
(perasaan takut melanggar). Hal yang
terpenting adalah ingat, yakni, ingat terhadap
apa yang sudah ada di sini untuk diingat.
Bagaimana mungkin kita bisa lalai atau tidak
perduli terhadap apa yang sudah ada di sini?
Jika ada kelalaian, maka itu hanya sekadar di
permukaan saja dan bukan hakikatnya.
Akhirnya, kita harus mencamkan apa yang
berguna dan perlu. Pengetahuan sudah ada di
sini, dan pada saatnya, dengan cara yang tepat
di tempat yang tepat, akan diungkapkan.
ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻧَّﻪُ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺍﻟْﺠَﻬْﺮَ
ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺨْﻔَﻰ
7. Kecuali apa yang dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Dia mengetahui apa yang
nampak dan apa yang tersembunyi.
Nampaknya yang terlupakan adalah
kehendak Allah, dan bagaimana sampai bisa
melalaikan kehendak Allah? Yang ada hanyalah
Allah, jadi kelalaian adalah ketidaksadaran.
Allah mengetahui semua manifestasi, yang
nampak dan yang tersembunyi, apa yang
nampak sebagai pengetahuan, dan apa yang
tidak.
ﻭَﻧُﻴَﺴِّﺮُﻙَ ﻟِﻠْﻴُﺴْﺮَﻯ
8. Dan kami akan melancarkan jalanmu ke
arah kemudahan.
Kami akan menempatkan manusia pada
jalan kemudahan. Yusra yang berarti
'kemakmuran', berasal dari yasara yang berarti
'menjadi mudah'. Ini adalah huda (petunjuk).
Jalan kemudahan adalah jalan tanpa hambatan,
jalan ketundukkan, dan di atasnya manusia
akan menemukan kemudahan pengetahuan.
Kesalahan manusia sendirilah jika ia
menempatkan dirinya dalam kerugian.
ﻓَﺬَﻛِّﺮْ ﺇِﻥ ﻧَّﻔَﻌَﺖِ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮَﻯ
9. Maka berilah peringatan, sesungguhnya
peringatan itu berguna.
Dengan cara sama yang dilakukan Rabb
(Tuhan) pada seluruh ciptaan-Nya, padang
rumput termasuk hal yang ingin manusia
ketahui. Itulah tanah penggembalaan kita. Ayat
ini mengatakan, "Beri mereka peringatan,
karena peringatan itu akan berguna atau
menguntungkan mereka." Orang yang
memperingatkan mereka juga ingin melihat
hasilnya. Dia menginginkan konfirmasi lahiriah
karena memang sifat manusia untuk ingin
melihat niatnya tercermin dalam tindakan
lahiriah. Dia ingin melihat bahwa keimanan ada
hasilnya, bahwa orang-orang bertindak
berdasarkan keyakinan mereka dan
menghidupkan keimanannya secara total.
Adakalanya, memang manusiawi, para
nabi muncul seakan-akan mereka dalam
kesangsian dan keraguan. Ini karena mereka
tidak hidup dalam teori. Para nabi telah datang
demi kita untuk berhubungan dengan kita, dan
kita semua dapat berhubungan dengan
kelemahan moril manusia. Oleh karena itu,
adakalanya diberikan peneguhan hati lagi.
ﺳَﻴَﺬَّﻛَّﺮُ ﻣَﻦ ﻳَﺨْﺸَﻰ
10. Orang yang takut akan penuh
perhatian.
Orang yang khasyyah (takut melanggar)
dan takut membesarkan api yang
menghanguskannya, adalah orang yang akan
ingat.
ﻭَﻳَﺘَﺠَﻨَّﺒُﻬَﺎ ﺍﻟْﺄَﺷْﻘَﻰ
11. Dan orang yang paling celaka akan
menghindari itu.
Orang Asyqa (orang yang penuh
kesukaran, yang nasibnya sial, hancur, dalam
kesengsaraan dan penderitaan) tidak akan
mengacuhkan peringatan dan tidak juga akan
ingat, sehingga akan dibuat lebih menderita
lagi.
ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳَﺼْﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﺍﻟْﻜُﺒْﺮَﻯ
12. Ia akan dilemparkan ke dalam api
yang besar.
Maksudnya, karena kebodohan dan
ketidakperduliannya pada saat sekarang maka
ia membesarkan api yang kecil. Jika ada 'api
besar', maka api kecil mesti juga ada, dan
orang yang sedang mengalami siksaan batin
berada di dalam api kecil itu. Dinamakan api
besar karena ia tidak berakhir, tidak terukur,
abadi, dan bergejolak secara permanen. Maka
maksud ayat ini adalah bahwa orang yang
sekarang tidak takut melanggar (khasyyah),
yang tidak bertasbih dan tidak sedang
menempuh jalan hidayah, berarti ia sedang
menciptakan, memperbesar, dan menyiapkan
api besar.
ﺛُﻢَّ ﻟَﺎ ﻳَﻤُﻮﺕُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺤْﻴَﻰ
13. Lalu ia di sana tidak akan mati juga
tidak akan hidup.
Artinya, hidup dan mati tak pemah pasti
dalam neraka. Ia merupakan dimensi tingkat
menengah yang samar-samar, padahal
bagaimana pun juga manusia menginginkan
kepastian dan kejelasan.
ﻗَﺪْ ﺃَﻓْﻠَﺢَ ﻣَﻦ ﺗَﺰَﻛَّﻰ
14. Sungguh beruntung orang yang
menyucikan dirinya.
Orang yang sudah mengetahui, yang
secara lahiriah sudah membayar zakatnya
dengan teratur sehingga tumbuh dalam
kesucian, akan menjadi orang yang menang,
dan akan menuai panen yang baik yang
sebelumnya telah rajin ditanami oleh
kesuciannya. Orang yang telah menempuh
jalan keluasan dan peningkatan yang terus-
menerus adalah orang yang telah menanam hal
yang tepat pada saat yang tepat. Falah
(keberhasilan) berbicara tentang orang yang
mengolah bumi, membajak dan memanennya.
Fallah dari akar kata yang sama, berarti
'petani'. Jika ia tidak mengerjakan ini, maka
tidak akan ada yang muncul dari bumi. Ia
harus membelah dan mengerjakannya. Orang
yang telah menyucikan batinnya yang paling
dalam adalah orang yang telah menang. Ia
berada di jalan petunjuk.
ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﺍﺳْﻢَ ﺭَﺑِّﻪِ ﻓَﺼَﻠَّﻰ
15. Dan ingat akan Nama Tuhannya, lalu
salat.
Nama adalah suatu indikasi. la mengingat
Nama itu, yakni rambu-rambu dari dalam batin
yang menunjukinya perbedaan sehingga dapat
melihat dengan jelas kemana ia akan masuk
lebih jauh ke dalam kerugian, kemana ia akan
lebih terikat, lebih tersambung, lebih takut,
lebih gelisah. Dengan mengingat Nama
Tuhannya—berzikir—ia dapat menghindari
penyebab kerugiannya. Dengan demikian ia
telah menemukan arah. Dengan mengetahui hal
yang tidak benar, ia dapat berjalan ke arah
yang benar.
ﺑَﻞْ ﺗُﺆْﺛِﺮُﻭﻥَ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ
16. Tetapi tidak! Engkau lebih suka pada
kehidupan dunia ini!
ﻭَﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓُ ﺧَﻴْﺮٌ ﻭَﺃَﺑْﻘَﻰ
17. Meskipun kehidupan akhirat itu lebih
baik dan lebih kekal.
Sebagai manusia yang selalu memerlukan
tubuh, kita semua menginginkan keselamatan
di dunia ini, maka kita lebih suka pada
kehidupan ini ketimbang kehidupan
mendatang. Kehidupan ini adalah kehidupan
yang mudah, jalan pintas. Namun, kemudahan
di sini berarti kesulitan dalam jangka panjang.
ﺇِﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﻟَﻔِﻲ ﺍﻟﺼُّﺤُﻒِ ﺍﻟْﺄُﻭﻟَﻰ
18. Sesungguhnya ini sudah tersebut
dalam kitab suci yang terdahulu.
ﺻُﺤُﻒِ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻭَﻣُﻮﺳَﻰ
19. Kitab sucinya Ibrahim dan Musa.
Pengetahuan ini, kitab yang kita baca
sebagai hasil pengagungan Tuhan, sebagai
akibat dari menempatkan diri kita dalam satu-
satunya aliran dan mengetahui aliran ini,
adalah pengetahuan lama yang diungkapkan
oleh para nabi terdahulu.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar